Jumat, 17 Februari 2012

Makanan Pemicu Kanker

Kanker menjadi penyebab kematian nomor 1 di banyak negara, termasuk di Indonesia. Meski dapat dideteksi dini dan diobati dengan terapi termutakhir, penyakit ini tetap punya ancaman mematikan. Yang jadi masalah, masih banyak orang yang meski tahu bahaya kanker tapi tetap menjalani gaya hidup tidak sehat.

“Ada banyak hal yang bisa jadi pemicu munculnya kanker dalam tubuh, dan salah satunya adalah pola makan tidak baik,” kata Ahli Kesehatan dan pemerhati gaya hidup lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegeoro Semarang, Dr. Grace Judio Kahl, Msc,MH,CHt dalam acara Talk Show Kesehatan di FX Plasa Sudirman, Jakarta.

Kendati tidak semua kanker berkaitan dengan makanan, namun pola makan tidak sehat jelas akan meningkatkan risiko terjadinya kanker. Banyak mengonsumsi gorengan dan berbagai makanan yang dipanaskan dalam suhu tinggi serta penggunaan minyak yang dipakai berulang bisa menjadi salah satu sumber pemicu terjadinya penyakit kanker.

“Protein, daging dan apapun itu, jika dipanaskan dalam suhu tinggi ditambah pengawet buatan bisa menyebabkan perubahan sel dalam tubuh mejadi lebih cepat dan bisa menjadi pemicu kanker,” katanya.

Seorang peneliti kanker, Eden Tareke dari Universitas Stockholm, Swedia, menemukan akrilamida, bahan pemicu kanker yang terbentuk pada makanan yang dipanaskan. Menurut penelitian itu, makanan kaya karbohidrat jika digoreng akan terurai, kemudian bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa karsinogenik (pemicu kanker) yang bernama akrilamida.

Untuk itu, selalu menjaga pola makan teratur dan melakukan gaya hidup sehat sejak dini bisa melindungi diri Anda dari serangan penyakit berbahaya. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh dengan porsi karbohidrat yang cukup 50-50 persen, mengandung serat tinggi 3-4 porsi harian, cukupi kebutuhan buah dan sayur masing-masing 3 porsi setiap hari serta protein nabatai 1-2 porsi sehari.

Mengurangi makanan tinggi lemak dan mengonsumsi banyak ikan bisa menggantikan porsi lemak dalam tubuh.

“Buah dan sayur harus lebih banyak dari pada karbohidrat dan protein. Kurangi konsumsi gula , tepung dan makanan kaya lemak. Minum air minimal 2 liter per hari, mengonsumsi tambahan suplemen bila diperlukan hindari ngemil dan merokok serta perbanyak olahraga. Ini penting untuk masa depan hidup yang sehat.”

Tahu dan Tempe Bisa Picu Sel Kanker Payudara?

Tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai dikenal sebagai makanan murah dan kaya gizi. Konsumsi tahu dan tempe sangat penting bagi wanita, karena dianggap dapat memperlambat penuaan.

Namun, bagi penderita kanker payudara tipe tertentu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi tahu dan tempe. Sebab, bisa memicu pertumbuhan sel kanker makin cepat.

Tahu dan tempe mengandung phytoestrogen, yaitu senyawa kimia yang merupakan hormon tumbuhan (phyto artinya tumbuhan), yang memliki struktur kimia menyerupai hormon estrogen pada tubuh manusia. Karena itulah phytoestrogen dianggap bisa membantu menanggulangi masalah penurunan estrogen pada wanita.

Namun, bagi penderita kanker payudara jenis tertentu, konsumsi tahu dan tempe yang bisa memicu makin meningkatnya jumlah hormon estrogen dalam tubuh yang justru bisa merangsang penyebaran kanker lebih cepat.

“Meski tidak semua kanker payudara, namun ada jenis kanker payudara tertentu yang pertumbuhan sel kankernya justru dipengaruhi oleh estrogen. Untuk itu, bagi penderita kanker payudara disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan estrogen seperti tahu dan tempe, termasuk juga kulit ayam,” kata Ahli Kesehatan dan pemerhati gaya hidup lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegeoro Semarang, Dr Grace Judio Kahl, Msc,MH,CHt dalam acara Talk Show Kesehatan di FX Plasa Sudirman, Jakarta.

Meski tahu tempe berbahaya untuk penderita kanker payudara jenis tertentu, makanan yang mudah didapat dengan harga murah ini tetap memiliki manfaat, tentunya bagi mereka yang tidak memiliki pantangan untuk mengonsumsi kedelai.

“Untuk itu, selektif dalam memilih makanan itu penting, terutama bagi Anda yang mengidap penyakit tertentu. Konsultasi dengan dokter ahli gizi untuk membantu mengatur pola makan,” ujar dr Grace.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar