Jumat, 17 Februari 2012

Apa dan Siapa Sebenarnya Penyebab Macet?


Macet adalah kata keseharian mereka yang beraktifitas setiap hari. Tidak hanya di Jakarta yang jalan tol pun macet, di daerah yang semestinya tidak macet juga terjadi kemacetan. Ini bisa dibuktikan dengan kemacetan yang hampir setiap hari saya alami ketika melewati jalur dari arah Tajur Bogor menuju Sukabumi dan sebaliknya, tepatnya di persimpangan Ciawi. Alhasil, perjalanan yang semestinya mungkin hanya sekitar 10 sampai 15 menit bisa menjadi 30 menit, 45 menit atau bahkan satu jam kalau terjadi kemacetan yang sangat parah.
Dari dulu persimpangan Ciawi sudah merupakan persimpangan yang sangat sibuk. Saya menjulukinya The City Never Sleeps karena aktifitas yang hampir 24 jam. Bermacam trayek bus selalu ngetem di persimpangan Ciawi sebelum masuk tol, salah satunya yang menuju UKI. Namun kini trayek menuju UKI tersebut sudah dihapus, tinggal kini yang menuju Kampung Rambutan. Sementara penumpang yang menuju UKI tetap ada, sehingga lahirlah angkutan umum “Gelap”.
Saya sebuat angkutan gelap karena plat angkutan ini berwarna hitam (milik pribadi). Mereka juga berkumpul di terminal gelap, yaitu berbaris sepanjang jalan/tikungan di dekat lampu merah Ciawi. Tentunya kita bertanya, mengapa mobil pribadi bisa mengangkut penumpang umum? Jawabannya semua kita sudah tahu bahwa ada permainan. Dasarnya adalah penumpang senang ada angkutan menuju UKI, oknum petugas (mungkin) bisa menambah sedikit pendapatan dan pengusaha angkutan gelap bisa mengkaryakan mobil mereka yang mengangur.
Sejauh tidak menimbulkan kerugian bagi pihak lain, mungkin ini solusi bagus untuk mengatasi banyak penumpang yang menuju UKI. Namun, tentunya dalam perjalanannya tidak semudah itu. Barisan mobil plat hitam di sisi kiri arah menuju Tajur dan Bogor ini sangat panjang. Mereka ngetem seenaknya di sepanjang jalan itu hampir sepanjang hari. Dan hal ini sering menimbulkan kemacetan yang sangat panjang. Selain itu pedagang yang ada di pinggir jalan yang biasanya ramai dikunjungi, kini mengalami kekurangan pelanggan karena mereka terhalang oleh mobil yang ngetem di sepan toko mereka.
Saya tentunya tidak berdasarkan perkiraan. Saya pernah menanyakan kepada sopir angkutan kota yang saya naiki. Menurutnya apa sebenarnya seringnya macet menuju arah Ciawi tersebut terutama kalau sore hari. Sopir menjawab bahwa menyempitnya jalan di dekat lampu merah Ciawi sebagai penyebab utama. Lalu saya tanyakan apa sebab menyempitnya jalan di dekat lampu merah Ciawi tersebut. Sopir tersebut menjawab karena banyaknya mobil angkutan berplat hitam yang ngetem di sana. Mobil ini biasanya menuju UKI. Apa petugas tidak mengusir mereka? Sopir hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Kalau dikatakan kreatif sungguhlah kreatif mereka yang memanfaatkan tikungan lampu merah Ciawi ini. Namun akibatnya karena mereka merasa sudah membayar, mereka sering tidak tertib. Petugas pun hampir tidak pernah saya lihat menegur angkutan gelap tersebut. Saya perhatikan, petugas malah sering menangkap pengendara motor yang mengambil jalan pintas mengambil arah sisi kanan dari arah Tajur Bogor daripada berputar menuju tol. Saya juga pernah melihat petugas bercanda dengan mungkin sopir angkutan yang ngetem di sepanjang tikungan lampu merah Ciawi tersebut.
Nah kalau begini, sebenarnya siapa yang menyebabkan kemacetan yang tidak perlu ini? Bila kita lihat sebelum trayek ke UKI dihapuskan, hampir tidak ada kemacetan menuju arah Bogor terutama karena adanya angkutan yang ngetem di sepanjang jalan/tikungan lampu merah Ciawi. Jalur yang sering macet adalah yang sebaliknya menuju Sukabumi, itupun  terjadi jika ada kecelakaan atau di akhir minggu saja. Kini arah menuju Sukabumi masih seperti itu, macet ditambah dengan arah menuju Bogor juga macet. Pihak yang dirugikan tentu saja banyak sekali dan tentu saja membuang banyak energi.
Sudah semestinyalah angkutan gelap ini lebih ditertibkan. Selain tidak memiliki izin resmi, mereka membuat kemacetan yang tidak perlu.
Foto:
1329461670780148167
mobil yang ngetem di tikungan lampu merah ciawi, sumber: koleksi pribadi
1329461755479377597

Tidak ada komentar:

Posting Komentar